Tahun 2015 adalah tahun yang kurang bersahabat. Untuk pertama
kalinya saya tidak sekolah. Kalaupun ingin mengulang tahun depan, berarti saya
tinggal kelas. Tatapi dalam konteks tinggal kelas, ini bukanlah pengalaman
pertama. Sebelumnya ketika masih TK, saya juga pernah tinggal kelas. Faktor
umur menjadi penyebab utama. Di dalam kelas, saya adalah siswa termuda. Makanya
orang tua saya mengcancel untuk naik kejenjang berikutnya
Nah kali ini, penyebabnya berbeda. Kalian tentunya sudah tahu donk
mengapa? Yap, otak pas-pasan cenderung kurang (kurang diisi dan diasah), sekolah
hanya untuk main-main, masuk kelas hanya untuk mengisi buku absen dan tidak
mampu bertanggung jawab pada komitmen yang dibuat sendiri. So, jadilah status
pengangguran melekat dalam diri saya.
Keputusan untuk tidak kuliah di tahun itu mengundang banyak
komentar dari netizen (tetangga). Semenjak konferensi pers yang saya adakan
dengan mereka, berbagai kritik dan saran yang mungkin membangun terus
berdatangan sebagai bentuk simpati dan dukungan.
Bagaimana dengan orang tua dan sanak famili? Yah tentunya merekalah
yang sangat intensif memberikan nasehat pada saya. Namun, mereka tetap menyerahkan
semua keputusan pada saya (memang mereka sudah tahu rencana kotor saya). Iyalah
kan udah gede
Selain itu teman-teman seperjuangan juga tak mau kalah. Setiap
bertemu dengan mereka rasanya seperti ada persidangan mendadak. Dan saya harus
jadi terdakwanya yang mana secara suka rela saya langsung menempatkan diri.
Berbagai pertanyaan dan pernyataan mereka lontarkan hingga membuat saya
terkapar tak berdaya. Untungnya saya tidak sampai dilarikan ke rumah sakit
terjauh.
Sebenarnya ada kesempatan di tahun itu untuk menyandang status
sebagai mahasiswa. Jalan satu-satunya adalah mendaftar ke PTS. Tapi saat itu
yang saya inginkan hanya PTN. Untuk mewujudkannya saya harus mengulang tahun
depan.
Kuliah di PTS dulu, tahun depan mengulang lagi kan bisa? Benar. Tapi
menurut saya pribadi, kuliah di PTS itu mahal. Sama saja saya
menghambur-hamburkan uang. Terlebih otak saya memang belum siap untuk kuliah.
Nah alasan inilah yang mendasari saya untuk tidak kuliah dahulu.