Saturday 16 January 2016

Terkenal Sesaat


Tahun 2015 adalah tahun yang kurang bersahabat. Untuk pertama kalinya saya tidak sekolah. Kalaupun ingin mengulang tahun depan, berarti saya tinggal kelas. Tatapi dalam konteks tinggal kelas, ini bukanlah pengalaman pertama. Sebelumnya ketika masih TK, saya juga pernah tinggal kelas. Faktor umur menjadi penyebab utama. Di dalam kelas, saya adalah siswa termuda. Makanya orang tua saya mengcancel untuk naik kejenjang berikutnya
Nah kali ini, penyebabnya berbeda. Kalian tentunya sudah tahu donk mengapa? Yap, otak pas-pasan cenderung kurang (kurang diisi dan diasah), sekolah hanya untuk main-main, masuk kelas hanya untuk mengisi buku absen dan tidak mampu bertanggung jawab pada komitmen yang dibuat sendiri. So, jadilah status pengangguran melekat dalam diri saya.
Keputusan untuk tidak kuliah di tahun itu mengundang banyak komentar dari netizen (tetangga). Semenjak konferensi pers yang saya adakan dengan mereka, berbagai kritik dan saran yang mungkin membangun terus berdatangan sebagai bentuk simpati dan dukungan.
Bagaimana dengan orang tua dan sanak famili? Yah tentunya merekalah yang sangat intensif memberikan nasehat pada saya. Namun, mereka tetap menyerahkan semua keputusan pada saya (memang mereka sudah tahu rencana kotor saya). Iyalah kan udah gede
Selain itu teman-teman seperjuangan juga tak mau kalah. Setiap bertemu dengan mereka rasanya seperti ada persidangan mendadak. Dan saya harus jadi terdakwanya yang mana secara suka rela saya langsung menempatkan diri. Berbagai pertanyaan dan pernyataan mereka lontarkan hingga membuat saya terkapar tak berdaya. Untungnya saya tidak sampai dilarikan ke rumah sakit terjauh.
Sebenarnya ada kesempatan di tahun itu untuk menyandang status sebagai mahasiswa. Jalan satu-satunya adalah mendaftar ke PTS. Tapi saat itu yang saya inginkan hanya PTN. Untuk mewujudkannya saya harus mengulang tahun depan.
Kuliah di PTS dulu, tahun depan mengulang lagi kan bisa? Benar. Tapi menurut saya pribadi, kuliah di PTS itu mahal. Sama saja saya menghambur-hamburkan uang. Terlebih otak saya memang belum siap untuk kuliah. Nah alasan inilah yang mendasari saya untuk tidak kuliah dahulu.

Wednesday 13 January 2016

Misteri Satu Januari


As far as we know, beberapa hari yang lalu kita telah melewati pergantian bulan. Dari bulan Desember ke bulan Januari. Kebanyakan dari kita tak mau melewatkan begitu saja. Ada yang bikin party bareng temen-temen atau keluarga, entah itu di rumah, di hotel atau di villa berbintang. Tapi itu hanya berlaku bagi mereka yang berkantong tebal. Sedangkan untuk mereka yang limited money cukuplah ngumpul sama temen di tempat-tempat umum yang free atau berdiskon gede. ye lah! Indonesian gitu loh ... Kalo perlu nontonin keluarga atau temen-temen tetangga yang lagi kumpul. eits .. .ini bukan nontonin yang berarti ngelamar (dalam bahasa jawa) lho ya :D

Nah disini Mas Kresna akan mengungkap dibalik keseruan pergantian bulan tersebut yang mungkin banyak orang telah menyadarinya. Tanpa gula kopi terasa pahit, tanpa pahit gula terasa manis, langsung saja inilah penjelasannya:
1. Menjelang tanggal tersebut, penjual terompet bertebaran dimana-mana.
2. Orang-orang memilih untuk keluar dari kegiatsan rutinitasnya. eg: yang biasanya sekolah memilih untuk tidak sekolah begitupun bagi para pekerja kantor dan pegawai-pegawai lainnya.
3. Tanggal 31 Desember malam adalah malam sebelum tanggal 1 Januari.
4. Malam itu adalah malam teramai di dunia.
5. Dan malam itu adalah malam tahun baru.

Gimana, menarik bukan? Asal kalian tahu, dalam proses pembuatan artikel ini butuh perjuangan yang extra keras. Mulai dari mengulak-alik kalender hingga perancangan huruf dari a sampai zet yang sangat menguras tenaga. ok, sekian dari saya. I'm MasKresna, back to you

Past Future (Rencana Yang Gagal Di Masa Lampau)


Ketika saya duduk di bangku MA, tepatnya kelas XI atau kelas 2, saya mulai tertarik dengan dunia perkuliahan. Tempat yang ingin saya singgahi setelah mendapat predikat sebagai lulusan MA. Waktu itu ada dua pilihan. Merantau ke luar negeri atau cukup menggali ilmu pengetahuan yang ada di bumi pertiwi. Mengapa luar negeri? Sok banget. Awalnya pernah ada hasrat untuk ke sana, Mesir tepatnya dan hal ini muncul sejak masih MTs. Namun, hanya mampu bertahan hingga kelas 2 MA. Salah satu penyebabnya adalah karena kondisi keluarga saat itu.
Sejak itulah saya mulai mencari informasi mengenai universitas-universitas yang ada di dalam negeri. Nama-nama universitas sudah saya kantongi. Tapi saya belum tahu mau menuntut ilmu dimana. Pikir saya yang penting belajar yang bener dulu baru nentuin pilihan.
Di penghujung kelas 2, saya memliki komitmen untuk fokus belajar ketika kelas XII. Mengapa demikian? Ya itu sebagai akibat dari kualitas belajar saya yang menurun drastis dan berbanding lurus dengan hasilnya dalam kurun waktu satu tahun. Nilai saya rata-rata mendekati standar ketuntasan (di atasnya dikit) dan mungkin malahan nilai tersebut adalah nilai bantuan dari para guru yang berbaik hati kepada saya. Tak mau hal itu terjadi lagi, maka saya harus fokus belajar dengan sungguh di kelas XII nanti agar bisa menjadi mahasiswa. Saya berharap dengan hal ini persiapan saya untuk menjadi bagian dari mereka lebih matang lagi.
Singkat cerita saya sudah berada di kelas tertinggi di sekolah saya. Kelas XII. Seminggu dua minggu saya merasakan semangat belajar yang begitu menggelora. Suasana baru dari mulai ruang kelas, hingga guru-guru hebat yang Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk mendidik kami. Yah meskipun teman sekelas masih sama. Laki-laki semua lagi. Tapi mereka itu hebat-hebat lho. Juga mereka berasal dari berbagai belahan bumi nusantara dari Sabang sampai Merauke. Keren bukan?
Namun entah mengapa, di minggu-minggu berikutnya saya merasa ada perubahan tujuan. Kali ini semangat saya tertuju pada kesempatan terakhir untuk bermain bareng temen sekolah. Maklum, tahun terakhir bersama dengan pelajar nusantara. Parahnya lagi hal itu berkembang hingga akhir masa tahun pelajaran. Dan hasilnya UN saya jeblok (jebloknya nilai UN saya bukan karena kunci jawaban yang salah melainkan murni karena ketidakmampuan saya dalam menjawab soal-soal yang diujikan). Sedih? Enggak. Bangga? Sedikit, karena saya mampu lulus dengan usaha sendiri tanpa bantuan samua kata yang berhubungan dengan kecurangan walaupun persiapannya kurang begitu maksimal.
Selanjutnya saya bergumam mungkin jika aku keterima di salah satu PTN, mampu mengobati luka ini dalam hati. Sehabis UN saya memiliki waktu yang mungkin cukup lah untuk memperiapkan diri dalam menghadapi ujian masuk PTN. Saya belajar untuk mempersiapkan ujian tulis masuk PTN. Saya kerjakan soal-soal dari beberapa buku yang saya miliki. Ditambah menyelesaikan soal ujian yang saya dapatkan dari internet serta kiriman dari teman-teman. Tapi, tetap saja hal itu tidak mampu menolong saya. Dan saya tidak diterima di PTN manapun. Duh sedih.. makanya belajar yang bener!

Ada Apa Dengan Blog Ini?

:D ehemm..
Halo guys. >:/ Good morning!!
Today, I would like to introduce my self to you. Yes you! Keminggris..
My name is Mas Kresna. Welikee.. lah daripada you. You can call me Mas Kresna. Lha kok sama? Ya iyalah.. Yang namanya nama (opo leh opo leh) kan harus sama.

Oke disini saya mau belajar menulis. Dan nggak tahu mau nulis apa. Yang penting nulis aja. Tapi kayaknya saya tertarik untuk berbagi ilmu dan pengetahuan saya yang masih dangkal serta pengalaman di berbagai bidang yang pernah saya jajaki. kayaknya banyak pengalaman nih.. padahal enggak!

Bagi kalian yang ingin mengikuti perkembangan dari blog lusuh ini, harap maklum jika nanti jarang atau bahkan tidak ada tulisan yang muncul dalam kurun waktu yang singkat. kok gitu? Iya, kan baru mau belajar. So, pantengin terus ya blog ini. <3<3